Crysna Rhany Ningrum

Saya hanyalah seorang guru dari kota kecil yang tidak punya banyak harta untuk berbagi...tapi memiliki sebidang lahan di hati yg sangat luas untuk berbagi ilmu....

Selengkapnya
Navigasi Web
RASA DAN LOGIKA

RASA DAN LOGIKA

Perkenalkan, namaku Crysna. Mantan gadis tomboy yang tak pernah takut dengan apapun kecuali kucing dan kegelapan. Selalu berusaha mencapai semua keinginan dengan kerja keras dan penuh keyakinan. Wanita tegar yang tidak suka menggantungkan semua hal kepada orang lain termasuk ke suami. Semaksimal mungkin semua dikerjakan sendiri dan tak mau keinginannya disandera oleh siapapun.

Sedangkan suamiku adalah orang yang pendiam, tapi sangat penyayang. Dia akan butuh waktu untuk diam dan berpikir sebelum mengambil keputusan. Kami adalah kombinasi dari dua sifat yang saling bertolak belakang.

Memiliki hobi yang tak sama, bukan perkara yang mudah bagi kami berdua. Dia yang sangat menyukai sepak bola dan aku yang sangat suka membaca, atau dia yang lebih suka bermain game sedangkan aku lebih sering menghabiskan waktu untuk menulis, adalah sebuah pelangi yang penuh warna di istana kecil kami.

Apa yang kami bicarakanpun tak pernah saling bersambut. Ketika bibirnya begitu fasih bercerita tentang permainan Manchester United, terus bergeming di telinga tanpa henti, aku hanya bisa mengiyakan dan mendengarkan dengan ekspresi ikut gembira. Padahal, sejatinya tak ada satu kesenanganpun dalam hati ini untuk menikmati topik pembicaraannya.

Pun ketika aku bicara tentang buku yang selesai aku baca, dia akan mendengarkan sambil matanya asik mengawasi permainan di laptop, meski kata yang keluar dari mulutnya adalah, “Iya...terus...?”Seperti itulah kisahku bersamanya. Kami memiliki warna kepribadian yang berbeda layaknya pelangi yang akan tampak indah dengan beragam warna yang saling menguatkan. Bukan tanpa masalah rumah tangga yang kami bina, pernak pernik di dalamnya adalah pelengkap dinamika rasa di batin kami.

Seperti pagi ini, begitu sulitnya logika dan perasaanku bisa saling bekerja sama untuk menjauhkan rasa marah dan kecewa. Seorang penulis terkenal yang dalam beberapa bulan ini berhasil mengambil tempat di dalam hati ini, tiba-tiba saja muncul di instagram akan hadir ke Solo hari ini.

Jarak kota kami ke Solo hanya sekitar 2,5 jam jika ditempuh dengan kendaraan pribadi, namun akan menjadi 4,5 jam jika kami naik kendaraan umum. Sebenarnya mudah saja seandainya suamiku tidak mau mengantarkan ke Solo. Aku hanya cukup naik motor ke terminal bus yang ada di Ponorogo, menitipkan kendaraan untuk kemudian naik bus dua kali untuk sampai di terminal Tirtonadi Solo. Dari terminal ke lokasi workshop hanya butuh waktu sekitar 30 menit mengendarai ojek online. Tapi, masalahnya dengan keadaan yang belum sembuh benar dari sakit, akan sangat berpengaruh pada kesehatanku. Apalagi besok adalah hari Senin yang notabene hari tersibuk di dunia para pekerja dan ibu rumah tangga.

Saat malam kami berdiskusi, ada kesan dia tampak tidak masalah ketika aku hendak pergi sendirian ke Solo. Pagi, aku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Suamiku mulai bertanya, “Mama kesana naik apa?” mendapati pertanyaan itu aku juga bingung. Naik bus lelahnya luar biasa. Naik grab mahal. Sewa mobil? Apalagi, itu jelas lebih mahal. Naik travel, tiketnya tidak kami dapatkan semalam. Satu-satunya pilihan adalah naik motor.

Awalnya melihat tarif ojek online, lumayanlah masih aman di kantong meski untuk ongkos pergi pulang sekalipun. Segera aku menelpon salah satu temannya yang juga berprofesi sebagai driver ojek online. Mungkin Allah sedang menunjukkan jalan bahwa ini bukan keputusan yang terbaik. Aku yakin, Allah sangat mengetahui perasaan suamiku yang sebenarnya sangat tidak ikhlas aku berangkat sendirian. Benar saja firasatku, nomer telepon yang aku hubungi tidak aktif. Akhirnya dengan penuh keberanian, aku bilang ke suami bahwa aku akan naik motor sendiri. Dengan dalih aku sudah tahu rutenya karena nanti tinggal mengikuti rute yang ada di google map.

Lama suamiku terdiam menatap layar ponsel pintarnya. Tak ada jawaban. Aku ulangi sampai tiga kali tetap tidak ada jawaban. “Boleh nggak Yah, aku berangkat sendiri pakai motor? Aku pelan-pelan kok. Lagian jalurnya kan tidak seramai jalur ngawi. Boleh ya Yah...” sangat mengiba aku memohon kepada suamiku.Hingga tiba-tiba sebuah suara yang menampar hati terdengar dengan sangat jelas.“Pamitan dulu sama anaknya. Kalau aku ikhlas, nggak tahu kalau anak-anak ikhlas tidak!”“Maksudnya?” tanyaku yang masih tampak kebingungan dengan jawaban suamiku.“Iya, kalau aku ikhlas Mama pergi. Tapi, coba tanya anak-anak, ikhlas nggak kalau Mamanya yang pergi terus ada apa-apa di jalan!”

Aku terdiam. Tak bisa berkata apa-apa lagi. Jawabannya kali ini membuat aku menangis. Semua rasa bercampur aduk, antara marah, kesal, kecewa, sakit hati dan tak pernah dimengerti. Aku merasa suamiku tak pernah mau memahami perasaan dan keinginanku. Aku hanya diam mengelola perasaanku sendiri. Mencoba mengajak perasaan bisa berjalan bersama logika.

Tiba-tiba aku ingat salah satu buku yang pernah aku baca. Aku mencoba menjadi salah satu tokoh dalam buku, “Sakinah Bersamamu” yang ditulis oleh Bunda Asma Nadia. Dimana di dalamnya tertulis tentang bagaimana caranya memposisikan diri sebagai seorang istri yang bisa memahami apa maksud dan keinginan suami yang terkadang sangat sulit untuk dipahami, meski sudah menikah puluhan tahun.

“Mama tahu, di jalan itu kadang kita nggak tahu apa yang akan terjadi. Jangankan ke Solo, ke Madiun yang hanya berjarak satu jam dari sini saja Ayah pasti nyuruh Mas Rian untuk boncengin Mama kalau Ayah sedang berhalangan untuk mengantar mama kok, apalagi ini Solo. Belum lagi Mama juga masih dalam masa penyembuhan. Mama masih sakit. Gimana Ayah bisa tenang kalau Mama berangkat sendiri? Kalau Ayah hari ini sedang tidak ada pekerjaan, pasti sudah Ayah antar kan?

Jawaban suamiku memang masuk di logika. Ada banyak alasan mengapa dia melarangku untuk nekat pergi sendiri hari ini.Akhirnya aku luluh. Harus aku akui, logika suamiku lebih baik daripada egoku. Aku hanya memikirkan keinginan sesaatku yang begitu menggebu-gebu tanpa mau berpikir panjang tentang akibat setelahnya. Pelan-pelan, aku menarik napas panjang dan berusaha mengikhlaskan keinginanku terhempas untuk sementara. Aku yakin masih ada kesempatan di hari lain untuk belajar langsung dengan penulis yang sudah menulis banyak kalimat indah dalam cara berpikirku.

Perlahan, aku berjalan ke kamar. Mengganti baju dengan baju rumahan biasa. Kekecewaan yang begitu besar berganti dengan penerimaan yang begitu ikhlas.“Ayah...” suaraku memanggil suami untuk masuk ke dalam kamar.Suamiku yang tahu bahwa hati istrinya mulai melemah segera datang menghampiri.Aku segera mencium tangannya sembari berkata, “Maafkan Mama ya, Ayah. Mama yang salah.”Suamiku segera memelukku erat sekali dan mengelus lembut punggung ini. Kehangatan yang sangat melelehkan semua kebekuan di hati.“Sabar ya Ma, nanti kalau ada workshop beliau lagi dan kalau kita pas sama-sama longgar pasti Ayah antar. Sekarang Mama sembuh dulu. Ayah Cuma ngeman Mama, nggak mau Mama kenapa-kenapa di jalan,” dan pelukannya terasa semakin erat. Sebuah kecupan di kening ikut mengeringkan air mata yang membasahi pipi.

Seperti itulah kasih sayang ini, begitu lekat dan semakin bersanding indah ketika diam sementara menjadi sarana untuk menyatukan rasa dan logika yang terlalu sulit untuk dipadu.Terima kasih Bunda Asma Nadia, untuk semua sedekah ilmu rumah tangganya. Semoga suatu hari nanti, Allah memberikan kesempatan bagi saya untuk bertemu dan belajar langsung dengan Bunda.

Ponorogo, 17 Pebruari 2019.

(Based on True Story)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sama Bunda.. Ada yang tidak terucap namun semuanya menjadi indah jika saling memahami.... Tulisan yang sarat makna... Bunda Chrisna...

17 Feb
Balas

Alhamdulillah....terima kasih sudah berkenan hadir Bunda Rini Yuliati

18 Feb



search

New Post