Crysna Rhany Ningrum

Saya hanyalah seorang guru dari kota kecil yang tidak punya banyak harta untuk berbagi...tapi memiliki sebidang lahan di hati yg sangat luas untuk berbagi ilmu....

Selengkapnya
Navigasi Web
KALIMAT KERAMAT

KALIMAT KERAMAT

“Nanti pulang lebih cepat ya sayang.”“Belum tahu sayang, kita lihat nanti ya.”“Kenapa sih selalu saja pulang terlambat. Sebenarnya jam kantor kamu itu sampai jam berapa? Heran aku sama kamu! Jangan-jangan kamu selingkuh ya di kantor!”“Kenapa kamu selalu marah-marah seperti ini sih sayang? Padahal aku beneran kerja lho, nyari uang buat kamu, buat bayi kita!”“Tapi kenapa selalu terlambat pulang? Kenapa?” kemudian terdengar suara Devi membanting pintu kamarnya.Rio hanya terdiam. Dia tak tahu lagi harus bicara apa kepada istrinya yang tengah hamil tua itu. Tangannya segera meraih jaket dan menutup pintu rumah pelan.

*****

Kejadian pagi ini selalu terulang, terutama sejak Rio selalu pulang larut malam. Harapan untuk berangkat ke kantor ditemani sarapan pagi dan senyum terindah dari Devi, hanyalah khayalan. Entah mengapa Rio tidak mau berterus terang kepada istrinya tentang penyebab utama mengapa dia selalu terlambat pulang.“Kamu kenapa Rio? Suntuk sekali wajahmu pagi ini.” sapa Rendra sahabat karibnya.“Ah, aku baik-baik saja kok.” Rio menjawab sekenanya. Dia tampak melanjutkan pekerjaannya. Pekerjaan Rio sepintas memang sangat ringan. Hanya duduk di balik meja kantor. Berkutat dengan data customer dan laptop yang selalu menjadi teman setia setiap harinya. Akan tetapi, salah memasukkan data sedikit saja, dia harus menanggung setiap angka rupiah yang dimasukkannya ke data perusahaan. Menjadi seorang akunting tidak semudah yang dilihat banyak orang.Rio menghempaskan punggungnya ke kursi. Kepalanya diletakkan dalam posisi mendongkak ke atas. Kejadian pagi tadi sangat mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Kemarahan istrinya selalu membuatnya gusar. Tapi, dia tak mungkin mengatakan apa yang dia lakukan karena itu akan membuat istrinya semakin marah.

*****Sementara di rumah, Devi asik bermain dengan benda kotak persegi berlayar sentuh. Beberapa chat di group tampak dia balas bergantian. Bercengkerama dengan teman di dunia maya lebih membuatnya bahagia dari pada harus berurusan dengan dapur. Jika suaminya pulang, Devi akan dengan sangat cekatan memesan makanan siap saji yang siap diantar sesuai dengan pesanan.Masa kehamilannya yang semakin besar, membuatnya semakin malas untuk bergerak. Padahal doter sudah menyuruhnya untuk berolah raga supaya persalinannya lancar. Devi hanya mengiyakan perintah dokter, namun di rumah dia selalu menghabiskan waktu untuk tiduran di kamar.

*****Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Rio belum juga pulang. Berulang kali Devi menelpon suaminya tapi tak pernah diangkat. Biasanya jam sepuluh malam dia baru pulang. Hujan di luar tampak makin deras. Hawa dingin makin menusuk dan membuat Devi lapar. Wanita yang tampak makin gemuk itu berjalan malas ke dapur. Dia segera menyalakan kompor untuk membuat susu hamil. Meskipun hamil, Devi tetap doyan makan. Tak ada makanan yang pantang dia makan. Apapun akan dimakan dengan lahap tanpa sisa. Tak seperti wanita lainnya yang mudah mual dan muntah.Segelas air dimasukkan ke dalam sebuah panci kecil. Tak berapa lama, terdengar suara telepon genggam yang berbunyi nyaring dari dalam kamar. Devi bergegas untuk mengambilnya. Terlihat sebuah nama muncul di layar. Herman. Teman lama yang akhir-akhir ini selalu menemani Devi di kala sepi. Devi terlihat bahagia menerima telpon dari Herman. Dia nampak terus bicara sambil tertawa. Tanpa disadari, api di dapur telah menjalar ke korden. Semakin membesar hingga membakar plafon rumah. Tapi, Devi tetap asik bercanda dengan pria di ujung telpon.

*****Sementara itu, disebuah kamar bercat putih yang dipenuhi bau obat, tampak Rio begitu tulus menyuapi ibunya yang tampak lemah dengan berbagai peralatan medis di badannya. Ibunya adalah satu-satunya orang tua yang dia miliki setelah beberapa tahun yang lalu ayahnya meninggal karena sakit. Hubungan Devi dengan mertuanya memang tidak baik. Bermula dari sikap orang tuanya yang tidak pernah merestui pernikahan mereka sejak awal menikah. Rio sangat memahami perasaan istrinya yang sangat terluka di masa pacaran hingga menikah. Berulang kali kedua orang tua Rio bersikap kasar kepada istrinya hingga berulang kali pula Devi harus merasakan sakitnya di usir dari rumah mertua. Rumah kecil yang sekarang ditempati Rio adalah dari hasilnya berhutang ke bank swasta yang harus dilunasinya selama lima belas tahun. Bukan waktu yang pendek. Devi sempat beberapa kali keguguran, hingga membeli rumah adalah keputusan terbaik yang diambil Rio demi menyamankan istrinya. Meskipun rumah orang tuanya sangat besar dan luas. Itulah sebabnya Rio tidak pernah memberi tahu alasan kenapa dia selalu pulang terlambat. Dia memilih diam dimarahi istrinya setiap hari ketimbang dia merusak kenyamanan hati dua wanita yang sangat dicintainya.

*****“Kebakaran...kebakaran!” teriak salah satu tetangga yang melihat api berkobar menjilat sebagian rumah Devi.Mendengar teriakan tersebut, sontak Devi tersadar bahwa dia telah terkurung api di dalam kamar. Devi berteriak minta tolong. Dia menangis histeris. Para tetangga berbondong untuk memadamkan api. “Tolong...tolong” teriak Devi dari dalam kamar. Napasnya mulai sesak karena asap yang begitu pekat memenuhi ruangan. Tak seberapa lama, Devi tampak pingsan di sudut tempat tidurnya.Para tetangga yang menyadari Devi masih berada di dalam kamar bergegas untuk menolongnya. Beruntung hujan yang sangat deras turut membantu proses pemadaman api. Seorang tetangga yang berhasil masuk ke kamar Devi kemudian mencari dimana posisi wanita malang itu berada. Suara panggilan sudah tak tersahut lagi. Ruangan begitu gelap hingga tanpa sengaja kakinya menyentuh tubuh Devi. Dia bergegas membopong Devi keluar rumah dan bersama tetangga lainnya menuju ke rumah sakit terdekat.

*****Para tenaga medis sibuk memberikan pertolongan kepada Devi. Selang oksigen terlihat terpasang di hidung Devi. Ada darah segar merembes mengalir di kedua kakinya. Suster tampak panik. Dokter jaga segera menghubungi dokter kandungan karena keadaan Devi makin kritis.Para tetangga yang tampak di luar ruangan sibuk menelpon Rio. Beberapa kali tak diangkat, hingga akhirnya pada panggilan yang ke dua belas, Rio baru mengangkat telpon.“Rio! Kamu kemana aja sih di telpon berulang kali tidak diangkat? Istrimu di rumah sakit Griya Husada. Cepat kamu kemari!” bentak Lukman tetangga yang juga menjadi ketua RT di perumahan Rio.Rio panik mendengar bahwa istrinya berada di rumah sakit. Sementara ibunya yang sangat lemah juga berada di rumah sakit yang sama. Rio segera mencium kening ibunya yang mulai terlelap karena pengaruh obat. Setengah berlari Rio menuju ke ruang UGD. Napasnya tampak terengah-engah. Devi terpaksa dioperasi untuk menyelamatkan janin yang ada dalam rahimnya. Karena darah yang dikeluarkan sangat banyak, otomatis Devi membutuhkan donor darah. Sungguh kebetulan karena Rio memiliki darah yang sama dengan Devi. Akhirnya Rio lah yang mendonorkan darahnya. Darah Rio mengaliri nadi Devi, wanita yang begitu dicintainya dengan sepenuh hati.Operasi berjalan dengan lancar. Seorang bayi laki-laki terlahir dengan sempurna. Devi masih belum sadar. Rio menitikkan air mata. Dia begitu bahagia melihat anak pertama mereka lahir dalam keadaan sehat dan sempurna. Dia bergegas melantunkan kalimat adzan di telinga kanan anaknya. Kemudian menciumi buah hatinya itu dengan penuh kerinduan. Wajar, karena usia Devi sudah menginjak usia 35 tahun dan bayi tersebut lahir setelah lebih dari sepuluh tahun pernikahannya dengan Devi.

*****Rio tidak tidur sama sekali. Berulang kali dia terlihat masuk di dua kamar yang berbeda, padahal jarak kamarnya lumayan jauh. Keadaan dua wanitanya sungguh menyita perhatiannya. Di kamar ICCU ada ibunya yang makin lemah keadaanya, dan di ruang recovery, ada istrinya yang juga sangat lemah. Wajah Rio nampak lelah dan lusuh. Baju kantor yang dipakainya terlihat acak-acakan. Dia juga belum mandi sepulang dari kantor.

*****Pagi mulai menjelang. Suara adzan berkumandang di seluruh langit. Rio segera mengambil air wudhu. Dia sholat Subuh di dekat ibunya. Air matanya menetes mewakili semua rasa syukur yang dia rasakan. Begitu baik Sang Pencipta menciptakan makhluk kecil penyempurna keluarga kecilnya. Allah memberikan yang terbaik dengan beragam cara yang tidak diketahui setiap hamba-Nya. Selesai sholat, Rio segera menyium kening ibunya. Tak sengaja air matanya menetes di pipi ibunya. Entah mengapa, ibunya tiba-tiba terbangun. “Kamu kenapa menangis Nak?” lirih dan parau suara ibunya terdengar.“Tidak apa-apa Ibu, Rio baik-baik saja.” jawab Rio sambil tersenyum.“Ibu, bolehkan Rio beritahu Ibu satu hal? Tapi Ibu jangan marah ya...” Rio sedikit takut menyampaikan hal paling membahagiakan bagi dirinya, namun entah bagi ibunya.“Iya Nak, Ibu janji tidak akan marah. Apa itu?” “Devi melahirkan, Rio punya anak Bu, laki-laki. Gagah dan tampan seperti Rio.” Rio tampak tersenyum dan terisak menyampaikan berita itu. Sesaat kemudian Rio menunjukkan sebuah foto bayi mungil yang ada di telepon genggamnya.Ibunya begitu terharu melihat foto cucunya itu. Dari kelima anaknya, Riolah satu-satunya anak yang dengan setia mengurusnya ketika dia sakit. Padahal semua anaknya tinggal di kota yang sama. Justru Rio yang sejak awal tidak direstui pernikahannya dan berulang kali disakiti hatinya yang paling ikhlas merawat ibunya. Wanita tua itu tampak menangis tersedu-sedu menyadari kesalahannya selama ini. Dia berupaya memeluk Rio dan meminta maaf kepada anak ragilnya itu. “Rio, antar Ibu menemui Devi, anakku.” Rio begitu bahagia mendengar kalimat keramat itu. Kalimat yang sudah lebih dari sepuluh tahun dia tunggu dengan penuh kesabaran.

TAMAT.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpennya bagus sekali bikin nap.er

28 Jan
Balas

Baper maksudnya..hiks..hiks

28 Jan

Terima kasih atas apresiasinya Bunda Dyahni Mastutisari...

28 Jan



search

New Post